tag:blogger.com,1999:blog-21098624684087358032024-03-13T09:39:59.646-07:00~*FG 17*~febygusriantohttp://www.blogger.com/profile/07035722688876848788noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-2109862468408735803.post-51344186132546483632011-03-13T22:30:00.000-07:002011-03-13T22:34:51.266-07:00berita olahragaManajer Manchester City Roberto Mancini mengakui timnya belum selevel klub sekota, Manchester United (MU). Namun, melawan MU di semifinal Piala FA, Mancini yakin timnya punya peluang yang sama untuk bisa lolos ke final yang akan berlangsung pada 14 Mei.<br /><br />“Ini semifinal yang hebat. Kami sangat dekat dengan semua tim di atas, tapi kami masih harus berkembang dan mungkin musim depan kami sudah berada dalam level yang sama,” kata Mancini.<br /><br />“Tapi, yang terpenting adalah kami tampil bagus di Old Trafford di pertandingan terakhir dan kami punya kesempatan emas untuk menang, sama seperti mereka,” tambahnya.<br /><br />City sendiri lolos ke semifinal setelah menekuk Reading dengan skor 1-0 di laga hari Minggu, (13/3/2011). Gol City dicetak oleh bek kanan mereka, Micah Richards, di menit ke-74.<br /><br />“Kami tahu hasil undian sebelum pertandingan, tapi kami harus menang sebelum kami berpikir mengenai semifinal. Kami tak fit 100 persen saat ini, tapi kami pantas menang. Kami punya 17 tembakan ke arah gawang,” jelas Mancini.<br /><br />via Kompasfebygusriantohttp://www.blogger.com/profile/07035722688876848788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2109862468408735803.post-90079933288909523412009-11-08T22:01:00.000-08:002009-11-09T19:23:15.362-08:00Hari pahlawan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbT-PLMos-lZacUZFvzCVd1Vn8YW6-O1YeudbH1JFSp2-TggpsQddq25KSEpzuf9qbJYHo2znp0nl6NPAv_L8R4ENBNMJVOaEXVpyf9z-nZ70sZk50jilmClKUa3pw8Gl3MbMrUcJCJh8/s1600-h/untitled.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 283px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbT-PLMos-lZacUZFvzCVd1Vn8YW6-O1YeudbH1JFSp2-TggpsQddq25KSEpzuf9qbJYHo2znp0nl6NPAv_L8R4ENBNMJVOaEXVpyf9z-nZ70sZk50jilmClKUa3pw8Gl3MbMrUcJCJh8/s400/untitled.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5402309579171922466" /></a><br />MENGENANG KEMBALI ARTI<br />HARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER<br /> <br /><br />Agaknya, bagi banyak di antara kita, tidak perlu lagi untuk diingatkan bahwa tanggal 10 November merupakan salah satu di antara berbagai hari bersejarah yang teramat penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejak lebih dari setengah abad yang lalu, tanggal 10 November telah dinyatakan oleh bangsa kita sebagai Hari Pahlawan. Di zaman Sukarno-Hatta, hari itu diperingati secara nasional (artinya : di mana-mana, di seluruh negeri) sebagai Hari Besar yang dirayakan secara khidmat, dan dengan rasa kebanggaan yang besar.<br /><br />Pada kurun waktu itu, peringatan Hari Pahlawan merupakan kesempatan bagi seluruh bangsa bukan saja untuk mengenang jasa-jasa dan pengorbanan para pejuang - yang tak terhitung jumlahnya _ dalam perjuangan bersama bagi tegaknya Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Peringatan Hari Pahlawan 10 November juga telah merupakan kesempatan yang ideal untuk selalu memupuk bersama-sama kesadaran bangsa.<br /><br />Sekarang ini, dalam tahun 2000, ketika negara dan bangsa kita memasuki periode baru yang penuh dengan berbagai soal gawat dan pelik, bersama-sama mengenang kembali dan merenungi arti Hari Pahlawan 10 November, mungkin besar manfaatnya. Dengan begitu, kita akan ingat kembali bahwa Republik Indonesia yang sekarang ini adalah hasil perjuangan dari begitu banyak orang (yang terdiri dari berbagai suku, agama, keturunan ras, keyakinan politik), dan dalam jangka lama pula. Dengan merenungkan, secara dalam-dalam, berbagai tahap perjuangan bangsa itu, maka akan makin jelaslah kiranya bagi kita semua, bahwa Republik Indonesia ini adalah benar-benar milik kita berama.<br /><br />TAHAP PENTING DALAM LONG MARCH BANGSA<br /><br />Dalam mengenang arti Hari Pahlawan 10 November sudah sepatutnyalah kiranya bahwa kita memandang peristiwa itu sebagai tahap yang penting dalam long march (perjalanan jauh) bangsa kita. Dan alangkah panjangnya, atau jauhnya, long march yang harus ditempuh oleh bangsa kita, untuk melahirkan republik ini! Long march ini telah secara nyata dimulai, antara lain, dengan lahirnya Budi Utomo (Surabaya, 20 Mei 1908, yang sekarang dirayakan sebagai Hari Kebangkitan Nasional), lahirnya Sarekat Islam (Surabaya, 1912), Indische Partij (Bandung, 1912), Muhammadiyah (Jogya 1912), PKI (Semarang, 1920), Perhimpunan Indonesia (di negeri Belanda, 1922), pembrontakan PKI (Jawa Tengah dan Sumatera Barat, 1926), lahirnya PNI (1927).<br /><br />Dalam barisan panjang _long march_ bangsa ini patut kita catat juga ikut sertanya berbagai gerakan seperti Jong Java (1918), yang disemarakkan pula oleh lahirnya Jong Sumatra, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Indonesia (Bandung, 1927), yang kemudian mencapai puncaknya dengan lahirnya Sumpah Pemuda (1928). Bagian-bagian lainnya dalam barisan long march bangsa, yang tidak bisa dilupakan juga, adalah kelahiran Parindra, Gerindo, Partindo, Pusat Tenaga Rakyat (1943, yang dipimpin oleh 4 serangkai Sukarno-Hatta-Ki Hadjar Dewantoro- Kyai Haji Mas Mansur), kelahiran Pembela Tanah Air _PETA (1943), dan Barisan Pelopor (1944, yang dipimpin oleh Sukarno). Dan juga gerakan di bawah-tanah anti-fasisme Jepang, serta pembrontakan PETA di Blitar (14 Februari 1945).<br /><br />Kalau kita cermati kembali barisan _long march_ menuju ke proklamasi kemerdekaan, maka nampaklah betapa indahnya dan agungnya pemandangan itu. Begitu banyak orang dari berbagai suku, agama, asal keturunan ras, keyakinan politik, telah ambil bagian dalam long march yang jauh ini, dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Mereka ini, dalam situasi yang berbeda-beda, dan kemampuan yang berbeda-beda, telah memberikan sumbangan dalam pembangunan kesadaran nasional untuk melawan musuh yang satu : kolonialisme Belanda. (Dan, seyogyanyalah sama-sama kita ingat, bahwa dalam hal ini peran sejarah Bung Karno tidaklah kecil).<br /><br />Oleh karena itu, dapatlah kiranya dikatakan bahwa tanggal 10 November 1945 merupakan manifestasi terpusat tekad kolektif rakyat untuk membela kemerdekaan bangsa dari kolonialisme Belanda. Yaitu kemerdekaan bangsa yang sudah diperjuangkan begitu lama oleh berbagai golongan bangsa sejak 1908 (bahkan sebelumnya). Tekad kolektif ini telah diterjemahkan dalam pertempuran-pertempuran dahsyat bukan hanya di Surabaya saja, tetapi juga di banyak pertempuran lainnya di Jawa dan Sumatera.<br /><br />10 NOVEMBER 1945 UNTUK MEMBELA REPUBLIK<br /><br />Dengan menelusuri kembali sejarah perjuangan bangsa, maka jelaslah bahwa Republik Indonesia yang diproklamasikan oleh Sukarno-Hatta pada tgl 17 Agustus 1945 adalah hasil jerih-payah, hasil aliran air-mata dan darah, hasil pengorbanan di penjara-penjara atau di tempat pembuangan Digul, yang disumbangkan oleh begitu banyak orang dari berbagai golongan masyarakat negeri ini. Dan bisalah kiranya kita artikan bahwa pertempuran-pertempuran Surabaya (dan di tempat-tempat lainnya waktu itu) adalah, pada hakekatnya, pembelaan hasil pejuang-pejuang perintis kemerdekaan sebelum 1945. Singkatnya, 10 November 1945 adalah bentuk nyata tekad kolektif untuk membela Republik Indonesia (yang waktu itu baru berumur sekitar 3 bulan).<br /><br />Dengan pendekatan sejarah yang demikian itulah makin kelihatan bahwa 10 November adalah bagian sejarah yang ada tali-temalinya - atau kepanjangan _ dengan peristiwa-peristiwa penting sebelumnya dalam melawan kolonialisme Belanda, antara lain: semangat pembrontakan PKI tahun 1926, pidato _Indonesia Menggugat_ oleh Bung Karno di depan pengadilan Belanda di Bandung (1927), pidato lahirnya Pancasila oleh Bung Karno (1 Juni 1945). Kalau sama-sama kita simak-simak kembali kedua pidato Bung Karno itu, dan kita renungkan isinya secara dalam-dalam, maka kita temukanlah di situ cita-cita bangsa kita untuk mencapai kemerdekan nasional dan persatuan bangsa, demi mendirikan suatu negara bagi rakyat kita.<br /><br />Kalau dilihat dari berbagai segi, pertempuran besar-besaran dan gagah berani yang dilancarkan oleh pemuda dari beraneka-ragam suku bangsa di Surabaya _ dengan dukungan luas dari rakyat _ sungguh merupakan peristiwa yang patut dijadikan kenangan, pelajaran atau pendidikan. Karena itu, sudah benarlah bahwa peristiwa itu dijadikan sebagai hari besar bangsa, yaitu Hari Pahlawan. Bukan saja bahwa pertempuran Surabaya telah menjadi _obor_ dan sumber semangat bagi berkobarnya banyak perlawanan di berbagai daerah lainnya, tetapi juga merupakan peristiwa yang kemudian menarik perhatian dunia diplomatik internasional. (Faktor internasional adalah penting waktu itu, karena republik kita yang muda itu memerlukan juga pengakuan de jure dari dunia internasional)..<br /><br />LATAR BELAKANG SEJARAH SECARA SINGKAT<br /><br />Tanpa memaparkan kembali sejarah dan latar belakang Hari Pahlawan 10 November secara bertele-tele, mungkin ada gunanya bagi kita untuk mengingat berbagai data atau fakta yang berkaitan dengannya, sekedar untuk menyegarkan kembali ingatan. Ringkasnya, atau padatnya, adalah yang berikut:<br /><br />Pada tanggal 1 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di pulau Jawa, dan pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh fasisme Jepang. Dengan dijatuhkannya bom atom di Jepang (Hiroshima dan Nagasaki) dalam bulan Agustus 1945 oleh Amerika Serikat, maka pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah tanpa syarat kepada Sekutu.<br /><br />Selama pendudukan Jepang, di tengah-tengah penderitaan rakyat yang disebabkan oleh pendudukan tentara Jepang dan perang, di kalangan banyak golongan lahir semangat anti-Barat atau anti-kolonialisme, di samping perasaan anti-Jepang (terutama menjelang tahun 1945). Dalam rangka persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan menghadapi Sekutu, pemerintah Jepang telah menggunakan berbagai cara dan akal untuk _merangkul_ rakyat Indonesia, untuk menghadapi Sekutu. Peta (Pembela Tanah Air) telah dibentuk, dan Jepang juga menjanjikan _kemerdekaan_ kepada bangsa Indonesia. Pemimpin-pemimpin Indonesia (antara lain Sukarno, Hatta dll) telah menggunakan berbagai kesempatan waktu itu untuk menyusun kekuatan, demi cita-cita untuk kemerdekaan bangsa.<br /><br />Dengan kekalahan Jepang menghadapi Sekutu, maka kemerdekaan bangsa Indonesia telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus, yaitu ketika pasukan pendudukan Jepang masih belum dilucuti oleh Sekutu. Sejak itulah terjadi berbagai gerakan rakyat untuk melucuti senjata pasukan Jepang, sehingga terjadi pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah.<br /><br />Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar-kobar itulah maka pada tanggal 15 September 1945 mendarat tentara Inggris di Jakarta dan pada tanggal 25 Oktober juga di Surabaya. Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, dan memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, di samping itu, tentara Inggris juga memikul tugas (secara rahasia) untuk mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya.<br /><br />Perkembangan sejak mendaratnya tentara Inngris di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa kehadirannya (atas nama Sekutu) itu telah diboncengi oleh rencana fihak Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Tentara Inggris (Sekutu) yang datang ke Indonesia juga mengikutkan NICA (Netherlands Indies Civil Adminsitration). Kenyataan inilah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana. Di Surabaya, dikibarkannya bendera Belanda Merah-Putih-Biru di hotel Yamato telah melahirkan _Insiden Tunjungan_, yang menyundut berkobarnya bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan beraneka-ragam badan perjuangan yang dibentuk oleh rakyat.<br /><br />Singkatnya, bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya, makin memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, pada tanggal 30 Oktober. Karena terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby itu, maka penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan bagi para pejuang dan rakyat umumnya. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6 pagi tanggal 10 November 1945.<br /><br />SERANGAN BESAR-BESARAN TANGGAL 10 NOVEMBER<br /><br />Adalah wajar sekali bahwa ultimatum yang semacam itu telah ditolak. Sebab, Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan Tentara Keamanan Rakyat sebagai alat negara juga telah dibentuk. Di samping itu, banyak sekali organisasi-organisasi perjuangan telah dilahirkan oleh beraneka-ragam golongan dalam masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar. Badan-badan perjuangan itu telah muncul sebagai manifestasi tekad bersama untuk membela republik yang masih muda, untuk melucuti pasukan Jepang, dan untuk menentang masuknya kembali kolonialisme Belanda (yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia).<br /><br />Pada tanggal 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30 000 serdadu, 50 pesawat terbang dan sejumlah besar kapal perang. Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan pejuang-pejuang juga berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk.<br /><br />Fihak Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak. Rupanya, Tentara Keamanan Rakyat (yang kemudian menjadi TNI) dianggap enteng, apalagi badan-badan perjuangan bersenjata (laskar-laskar dll) yang banyak dibentuk oleh rakyat. Tetapi, diluar dugaan fihak Inggris, ternyata perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada permulaannya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Ternyata, pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan, sebelum seluruh kota jatuh ditangan fihak Inggris.<br /><br />KEAGUNGAN ARTI 10 NOVEMBER<br /><br />Kebesaran arti pertempuran Surabaya, yang kemudian dikukuhkan sebagai Hari Pahlawan, bukanlah hanya karena begitu banyaknya pahlawan - baik yang dikenal maupun tidak di kenal _ yang telah mengorbankan diri demi Republik Indonesia. Bukan pula hanya karena lamanya pertempuran secara besar-besaran dan besarnya kekuatan lawan. Di samping itu semua, kebesaran arti pertempuran Surabaya juga terletak pada peran dan pengaruhnya, bagi jalannya revolusi waktu itu. Pertempuran Surabaya telah dapat memobilisasi rakyat banyak untuk ikut serta, baik secara aktif maupun pasif, dalam perjuangan melawan musuh bersama waktu itu, yaitu tentara Inggris yang melindungi atau _menyelundupkan_ NICA ke wilayah Indonesia.<br /><br />Pertempuran Surabaya juga telah menyebarkan, ke daerah-daerah yang paling jauh di Indonesia, kesadaran republiken, patriotisme yang tinggi, solidaritas seperjuangan di kalangan berbagai suku, agama, keturunan. P_ngaruhnya bagaikan nyala api besar yang membakar semangat perlawanan sehingga muncul juga pertempuran di banyak tempat di Indonesia. (Untuk menyebut sekedar sejumlah kecil di antaranya : di Jakarta pada tanggal 18 November, di Semarang tgl 18 November, di Riau tanggal 18 November, di Ambarawa tanggal 21 November, di pulau Bangka 21 November, di Brastagi tanggal 25 November, di Bandung tanggal 6 Desember, di Medan 6 Desember, di Bogor tanggal 6 Desember).<br /><br />Ciri utama berbagai perjuangan yang meletus di banyak kota dan daerah di Indonesia adalah bahwa peristiwa-peristiwa itu mendapat dukungan besar moral dan material dari rakyat, yang berarti juga telah menggugah rasa kebersamaan patriotik dalam perjuangan, dan dalam skala yang luas. Dalam kaitan ini, patut dikenang bersama betapa banyaknya dapur-dapur umum yang telah diselenggarakan oleh rakyat di mana-mana bagi mereka yang berjuang, tanpa imbalan apa pun juga. Juga, betapa banyaknya rombongan pemuda-pemuda yang berbondong-bondong menuju daerah pertempuran.<br /><br />Artinya, perjuangan melawan tentara Inggris (dan NICA) telah menggugah semangat patriotisme yang lintas-suku, lintas-agama, lintas-keturunan ras, dan lintas-aliran politik. Dengan semangat itu jugalah, rakyat Indonesia kemudian meneruskan, antara tahun 1945 sampai 1949, perjuangan melawan Belanda, sesudah tentara Sekutu (Inggris) meninggalkan Indonesia.<br /><br />Dalam merenungkan kembali pertempuran Surabaya (dan juga pertempuran-pertempuran lainnya yang terjadi di banyak tempat di negeri kita) maka terbayanglah betapa indahnya suasana revolusi waktu itu, ketika patriotisme yang tinggi dan semangat sedia berkorban demi kepentingan rakyat dan bangsa menjadi kebanggaan umum. Suasana revolusi waktu itu telah memberikan pendidikan moral yang besar bagi banyak orang.<br /><br />Sesudah bangsa kita melewati masa gelap Orde Baru, ketika api patriotisme sudah dibikin pudar dan semangat kerakyatan sudah dibikin semaput selama puluhan tahun, maka patutlah kiranya kita tetap menyimpan harapan bahwa bangsa kita akan bisa menemukan kembali arah besar yang sudah ditunjukkan oleh para pejuang perintis kemerdekaan dan para pahlawan yang sudah mendahului kita, yaitu : dengan jiwa Bhinneka Tunggal Ika mengabdi terus kepada kepentingan rakyat secara tulus!<br /><br />Sebab, _long march_ yang harus ditempuh bersama-sama oleh seluruh (!!!) komponen bangsa kita, menuju masyarakat adil dan makmur, masih panjang.<br />source:http://annabelle.aumars.perso.sfr.frfebygusriantohttp://www.blogger.com/profile/07035722688876848788noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2109862468408735803.post-88756734128169709792009-11-02T23:00:00.000-08:002009-11-03T05:12:09.649-08:00SUMPAH PEMUDA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsYhnyLYX5FH32WbbIjZqt2OljzTk9Vo28afHCtpm4BfcR2G0EUkGbc-04e3jyW5pnir-VpnDqZXR3NoBEPnjajKQKOXKCUGbnPI5ROuADGKwPPrY6h2b43rCAGukEZ6dAKvxnrR1fJss/s320/sumpah-pemuda.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 222px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsYhnyLYX5FH32WbbIjZqt2OljzTk9Vo28afHCtpm4BfcR2G0EUkGbc-04e3jyW5pnir-VpnDqZXR3NoBEPnjajKQKOXKCUGbnPI5ROuADGKwPPrY6h2b43rCAGukEZ6dAKvxnrR1fJss/s320/sumpah-pemuda.jpg" border="0" alt="" /></a>
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CUsers%5CACER%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CUsers%5CACER%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CUsers%5CACER%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:EN-US; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-fareast-language:EN-US;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size:100%;"><b><span style=";font-family:";" ><a href="http://andy.web.id/naskah-sumpah-pemuda.php"><span style="color:blue;">Sumpah Pemuda</span></a></span></b></span><span style=";font-family:";font-size:100%;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold; font-style: italic;font-size:100%;" ><span style=";font-family:";" >Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
<br />Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
<br />Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia</span></span><span style=";font-family:";font-size:100%;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" >Lahir sebagai <b><i>Putusan Kongres Pemuda ke-2</i></b> pada <b><i>28 Oktober 1928</i></b>, dapat dikatakan <b>Sumpah Pemuda</b> tidak mempunyai naskah otentik. Yang ada adalah naskah otentik <b><i>Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia</i></b>. Putusan kongres itulah yang mengalami rekonstruksi simbolik menjadi <b>Sumpah Pemuda</b>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";font-size:100%;" ><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Kita sebagai pemuda pada massa ini kita harus terus menggalakkan semangat sumpah pemuda, seperti contoh dengan terus membudayakan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional, dan selalu mempertahankan budaya Indonesia. Pada saat ini, budaya Indonesia banyak yang diambil oleh negara tetangga kita Malaysia. Itu adalah salah satu contoh bahwa bangsa Indonesia masih kurang memperhatikan budayanya sendiri. Oleh karena itu, dengan semangat sumpah pemuda kita tingkatkan kesatuan bangsa dan kita pertahankan budaya asli yang kita miliki. Jangan menjadi negara yang mau mengalah pada negara lain. Maju para pemuda dan pemudi Indonesia, negara berada di tangan kita.....................................bangkitkan kembali semangat sumpah pemuda............</span><o:p></o:p></span></p> febygusriantohttp://www.blogger.com/profile/07035722688876848788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2109862468408735803.post-32269586051980682009-10-28T22:46:00.000-07:002009-10-28T22:51:03.547-07:00Kuantan Singingi Menerima Penghargaan Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam dari Menteri Kehutanan<span class="Apple-style-span" style="font-family: Tahoma, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 20px; ">Alhamdulillah, Kuantan Singingi akhirnya mendapat kehormatan untuk menerima penghargaan Penghijauan dan Konservasi Alam dari mentri kehutanan MS Kaban. Hendaknya ini dapat kita pertahankan dan bahkan ditingkatkan, karena dengan hijaunya lingkungan kita maka akan berdanpak baik pada kita sendiri. Membperbaiki kualitas lingkungan akan memperbaiki kualitas kehidupan.<br /><br />Kualitas lingkungan yang baik merupakan salah satu modal dasar penting bagi<br />terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan. Kualitas lingkungan berpengaruh<br />terhadap kualitas hidup masyarakat lokal, penduduk yang bekerja serta yang<br />berkunjung ke daerah tersebut. Banyak aktivitas manusia yang memiliki dampak<br />buruk terhadap kualitas lingkungan karena pengelolaan sampah dan limbah yang<br />kurang baik, kepedulian masyarakat yang rendah terhadap kebersihan lingkungan,<br />penggunaan yang semakin meningkat bahan-bahan yang tidak mampu didegradasi<br />oleh alam serta bahan xenobiotik lain yang berdampak serius terhadap kualitas<br />lingkungan. Peningkatan jumlah dan penggunaan kendaraan pribadi dan<br />kendaraan yang tidak laik jalan serta operasi industri yang berpengelolaan buruk<br />merupakan penyebab penting lain menurunnya kualitas lingkungan. Perencanaan<br />tata ruang dan wilayah yang tidak mempedulikan kaidah pelestarian lingkungan,<br />kelemahan birokrasi, penegakan hukum dan kelembagaan juga menjadi faktor<br />penting yang mempengaruhi kualitas lingkungan</span>febygusriantohttp://www.blogger.com/profile/07035722688876848788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2109862468408735803.post-65717243829162733522009-05-23T13:49:00.000-07:002009-05-26T20:16:17.676-07:00Seni Musik<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://melayuonline.com/pict/p4758dbfa92af8.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 400px; height: 370px;" src="http://melayuonline.com/pict/p4758dbfa92af8.jpg" alt="Seni Musik" border="0" /></a>Tugas:Kesenian<br />GBD:<strong>RONALDO ROZALINO</strong><br />kls:XI IPA 3<br /><br /><b>Musik Melayu dan Perkembangannya di Sumatera Utara</b><br /><br />Penulis mengungkapkan bahwa seni musik Melayu sangat terpengaruh musik Cina, Portugis, India, Arab, dan Persia, sehingga bentuk awalnya tidak dapat diterka lagi. Dalam perkembangannya, musik Melayu menghadapi berbagai masalah, sehingga perlu dilakukan pengkajian yang mendalam.<br /><br /><br />his quarter are passionately fond of music. Their most admired tunes are Lagu Dua, Siam, Chantik Manis, Gunong Sumbawa, Timang-timang, Samsam, Beranyut, Kuda Lengkong, Raja Beradu, Anak Semang, Timang Kelantan, Minto, Palembang, Melaka, Jawa, Anak Mambang, Deciong, Siak, and Batak. Musical instruments. The Instruments of music, which are not so numerous or various as in most Malayan countries (and the musician are far from being proficients), are violin, viola, gendang, a drum, rebana, a tambourine, serunai, a pipe, bangsi and suling, flutes, gong, simpang, gundir, cromong, instruments made of brass, and kechapi (Anderson, 1826).<br /><br />J.C.Van Eerde juga menulis mengenai kesenian Melayu:<br /><br />… het laatsgenoemde wordt door een beroepsdanseres, de Joget, op een man uit het publiek gedanst en is zeer in trek. Bij een groot feest mag de djoget niet ontrekken. De voornaamste instrumenten bij de Maliers zijn gendang, rebana, seroensi, rebab, kecapie, soeling en gong, gambang, saron kromong en tjanang. Drie bijzondere instrumenten mochten slechts ten dienste van de vorsten bespeeld worden, namelijk de nafiri, lengkara, en nobat. Die zich bij vorstelijke optochten liet te horen (Eerde via Sinar, l970: 259).<br /><br />… yang belakangan ini ditarikan oleh seorang penari wanita bayaran yang disebut Joget dengan salah seorang lelaki yang hadir, dan ini sangat digemari. Pada pesta-pesta besar, Joget tidak boleh ketinggalan. Alat-alat musik utama orang Melayu ialah gendang, rebana, serunai, rebab, kecapi, suling, gong, gambang, saron, kromong, dan canang. Tiga alat musik istimewa lainnya secara khusus hanya boleh dimainkan untuk raja-raja, yaitu nafiri, lengkara, dan nobat. Biasanya dimainkan ketika raja berarak (mengadakan kunjungan).<br /><br />Sejarah kesenian Melayu dapat ditelusuri dengan melihat pengaruh dunia luar dalam seni musik, lagu, dan tari Melayu. Pengaruh ini terjadi karena hubungan dagang antara Kerajaan Melayu Aru yang berpusat di Deli dengan Malaka sudah berlangsung sejak abad ke-13. Sejak tahun 1511 M Malaka menjadi benteng Portugis, sehingga pengaruh Portugis juga mewarnai nada dan gerak tari Melayu yang disesuaikan dengan resam dan kebiasaan suku itu. Pengaruh Portugis tersebut tergambar dalam tari atau rentak Pulau Sari yang lebih dikenal dengan nama Serampang XII. Pengaruh Siam juga diterima melalui Kedah dan Perlis dalam seni dramatari Makyong, Menora, dan Mendu di wilayah Luhak Teluk Aru di Langkat dan di Kerajaan Serdang. Pengaruh Arab datang sejalan dengan masuknya Islam ke negeri-negeri Melayu. Corak Arab dapat dilihat dalam kesenian Zapin (Gambus), Kasidah, Rodat atau Barodah, serta Zikir Barat. Pengaruh Tamil (Keling, India Selatan) muncul dalam teater dan alat musik. Alat musik India seperti harmonium dan tabla digunakan untuk mengiringi lagu Melayu. Rentak (tempo) yang dihasilkan pada masa itu juga dikenal dengan nama chalti.<br /><br />Kesenian Melayu seperti musik, lagu, maupun tari yang berkembang hingga pertengahan tahun 1930 dan akhir tahun 1942 sangat bersebati dengan masyarakat pendukungnya. Dulu pengarang lagu-lagu Melayu umumnya tidak mencantumkan namanya dalam karya mereka, tetapi ada juga nama pengarang yang sempat diketahui dari mulut ke mulut. Mereka sudah lanjut usia, dan sebagian sudah meninggal dunia. Di antara mereka adalah, Tengku Perdana atau Dahlan Siregar (alm.) yang menciptakan lagu Pulau Putri, dan Tengku Zubir yang lebih dikenal dengan nama Tengku Cubit yang menciptakan Kuala Deli. Lagu ini sangat terkenal di tanah Deli. Usman menciptakan lagu Dodoi Di Dodoi. Nama-nama pengarang dan lagunya sudah didaftar oleh Dewan Kesenian Medan dan Bidang Kesenian Kanwil Depdikbud Sumatera Utara.<br /><br /><br />2. Periodisasi Perkembangan Musik Melayu Di Sumatera Utara<br /><br />a. Periode 1942–1945<br /><br />Pada masa pemerintahan Jepang, penampilan kesenian di Istana Serdang sangat kurang, tidak seperti sebelumnya. Kekurangan sangat terasa pada tahun 1942–1945, karena pergolakan politik yang terjadi pada masa itu. Walaupun demikian pada saat-saat tertentu penulis masih dapat mendengarkan lagu-lagu Melayu dari kelompok ronggeng yang sengaja dipanggil ke Istana Serdang untuk menghibur. Lagu-lagu Melayu seperti Senandung Dendang Sayang, Senandung Laksamana Mati Dibunuh, Senandung Anak Tiung, Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Kayangan, Lagu Dua, Tanjung Katung, dan Lagu Dua Seratus Enam tidak luput dari pendengaran. Lagu Dua Pulau Sari yang bertempo cepat dan selalu mengakhiri tari Serampang XII juga sempat terdengar.<br /><br /><br />b. Periode 1945–1949<br /><br />Pada tahun 1945–1949 revolusi sosial melanda kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur. Raja yang dulu sering menyelenggarakan pertunjukan kesenian tidak berkuasa lagi, sehingga pertunjukan kesenian tidak ada lagi. Pada masa itu masyarakat memfokuskan diri pada kebutuhan sehari-hari dan aktif berjuang melawan penjajahan. Raja dan keturunannya yang tersisa tidak aktif lagi dan hanya berpikir untuk kelanjutan hidup. Pemusik, penari, dan penyanyi andalan sudah terpencar dan banyak yang beralih profesi. Beberapa alat musik telah dijual, sementara sebagian besar lainnya tidak terpelihara. Menjelang tahun 1950 beberapa pemusik, penari, dan penyanyi andalan itu sudah lanjut usia dan meninggal.<br /><br /><br />c. Periode 1950–1965<br /><br />Pada periode ini, seni tari, lagu, dan musik Melayu kembali mendapat tempat di kalangan masyarakat, baik masyarakat Melayu sendiri maupun masyarakat Indonesia lainnya. Pada masa itu muncul tokoh tari Melayu yang bernama Sayuti, seorang pegawai PP&K Sumatera Utara yang berhasil menggugah seluruh masyarakat lndonesia dengan tari Melayu hasil gubahannya. Beliau berusaha mempopulerkan tari Melayu dengan menggunakan metode yang ringkas dan mudah dipelajari. Sayuti menggubah tari Tiga Serangkai yang terdiri dari tari Senandung dengan lagu Kuala Deli, tari Mak Inang dengan lagu Mak Inang Pulau Kampai, dan tari Lagu Dua dengan lagu Tanjung Katung. Selain itu, tari Mak Inang, tari Cek Minah Sayang, tari Anak Kala, dan beberapa tari Melayu lainnya juga digubahnya. Sebagai klimaks, Sayuti menggubah dua belas macam ragam berdasarkan tari-tari Melayu yang ada. Tari ini kemudian dikenal dengan tari Serampang XII.<br /><br />Tari Serampang XII ini sangat menarik minat dan perhatian masyarakat, terutama generasi muda. Hal ini terbukti dengan terselenggaranya Festival Serampang XII pada setiap tahun sejak awal kegemilangannya hingga sekarang. Setiap pengiriman misi kesenian ke luar negeri maupun pada kesempatan mengisi acara kesenian di Istana Negara, Serampang XII dan beberapa tari Melayu lainnya selalu mendapat sambutan. Tahun-tahun tersebut boleh dikatakan sebagai masa suburnya kesenian tari Melayu.<br /><br />Perkembangan tari Melayu sejalan dengan perkembangan musiknya. Di mana-mana terdengar lagu-lagu Melayu dan pada saat itulah lahir komponis tiga zaman, Lili Suhairi dan biduanita kawakan, Rubiah. Keduanya dipandang sebagai tokoh yang banyak berjasa dalam memasyarakatkan musik dan lagu-lagu Melayu. Usaha itu dilakukan Lili Suhairi pada saat memimpin orkes Studio Medan. Kemudian bermunculan orkes-orkes Melayu lainnya seperti orkes Sukma Murni, Budi Pekerti, Rayuan Kesuma, dan lain-lain. Zaman itu juga telah melahirkan biduan dan biduanita Nasir, Nur Ainun, Zaidar, dan lainnya.<br /><br />Seiring dengan tumbuhnya orkes tersebut muncul orkes Melayu versi baru pimpinan Tengku Nazly. Atas bimbingan ayahandanya yang berkemauan keras, dia menghimbau rekan-rekan dan keluarga terdekatnya untuk membentuk orkes yang kemudian diberi nama Tropicana. Lagu-lagu Melayu yang dibawakan orkes ini sebagian besar adalah lagulagu Melayu yang sudah diubah warnanya tanpa meninggalkan rasa dan penyajiannya. Dengan kata lain, lagu-lagu Melayu dibawakan dengan tempo cha-cha, rumba, marenggue, mambo, beat Barat yang sangat populer pada masa itu, dan sebagainya. Lagu-lagu mereka sempat direkam oleh perusahaan piringan hitam Lokananta pada tahun 1958 dengan menampilkan T. Kamarulzaman, Dahlia, T. Nazly, Mayang Murni, dan T. Sitta Syaritsa.<br /><br />Orkes tersebut banyak dibantu oleh tokoh musik Abdul Muis Rajab (alm.) dalam hal aransemen. Walaupun Abdul Muis Rajab berasal dari tanah rencong, tetapi minatnya terhadap lagu-lagu Melayu besar sekali. Selain mengaransemen, ia juga menciptakan lagu Melayu. Salah satu lagu ciptaannya adalah Dendang Putri. Orkes ini dibina oleh Tengku Luckman Sinar yang sekaligus memegang alat perkusi. Para anggota orkes ini berprinsip setiap penyanyi harus membawakan lagu-lagu Melayu dengan ciri khas Melayu, yaitu gerenek dan tekuk lagu dalam teknik pembawaan lagu.<br /><br />Sementara itu, di luar kota Medan dan daerah lain musik belum membaur dan jarang tampil. Aktivitas beberapa kelompok kesenian tidak menonjol. Mereka pernah tampil tetapi terbatas di daerah mereka saja. Setiap kali kelompok itu tampil, peralatan musik Melayu tradisional masih dipakai, meskipun tidak lengkap. Perkumpulan kesenian Melayu yang berada di pinggiran lebih menunjukkan keasliannya, seperti perkumpulan persilatan di Pantai Labu (Lubuk Pakam), Rodat atau Barodah di Labuhan, kesenian Gubang di Asahan, serta beberapa perkumpulan ronggeng dan kelompok tari Zapin di Perbaungan. Semuanya masih diiringi dengan peralatan musik tradisional, meskipun sangat terbatas dan sederhana sekali, tetapi juga ada kelompok yang menggabungkan alat-alat yang dipakainya, seperti yang terlihat dalam pertunjukan silat di daerah-daerah. Alat musik pengiring yang dipergunakan acapkali terdiri dari serunai, dua gendang panjang, beberapa gendang zapin yang berbentuk bulat kecil (marwas), dan sebuah ‘oud (gambus). Kelompok yang tidak mempunyai peralatan itu menggantinya dengan biola atau peralatan modern lainnya yang berfungsi untuk melodi, seperti accordion, dan kadang ditambah tetawak. Pada masa itu di pinggiran kota Medan ataupun kota-kota lain masih ditemui seniman-seniman berbakat dan peralatan musik tradisional Melayu. Oleh karena alasan sibuk memenuhi keperluan hidup, penampilan mereka hanya diselenggarakan pada saat-saat tertentu saja.<br /><br />Musik Melayu mengalami masa suram pada masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru, yaitu akhir tahun 1965, karena perhatian masyarakat tertumpu pada perbaikan situasi setelah meletusnya G 30 S/PKI. Keadaan saat itu tidak memungkinkan bagi mereka untuk meneruskan profesinya, sementara banyak tokoh musik yang berpindah tempat atau pindah profesi.<br /><br /><br />3. Pembinaan Dan Perkembangan<br /><br />Setelah keadaan tenang dan pemerintah berkeinginan memajukan kebudayaan nasional, kita segera sadar perlunya pelestarian kebudayaan bangsa. Kebijakan pemerintah di bidang pariwisata, telekomunikasi, dan kebijakan lain sangat bermanfaat bagi pembinaan kesenian dan kebudayaan. Pada umumnya pelayanan kesenian disalurkan melalui wadah tertentu yang sudah terarah, sehingga menimbulkan gairah bagi seniman dan pecinta seni di Indonesia untuk berkesenian. Perubahan itu juga dirasakan kesenian Melayu yang menunjukkan prospek baik dengan munculnya kesenian Melayu di televisi, lahirnya karya film yang berkultur Melayu (Musang Berjanggut), dan penyiaran musik dan lagu Melayu melalui RRI yang diselenggarakan oleh masyarakat Melayu dan masyarakat daerah lain.<br /><br /><br />4. Beberapa Perkembangan Musik Di Medan Dan Sekitarnya<br /><br />Musik tradisional Melayu kembali muncul, seperti musik angkatan Makyong Serdang pimpinan T. Luckman Sinar, yang mengiringi tari-tarian dari Himpunan Seni Budaya Melayu Sri Indra Batu Medan yang penulis pimpin. Penampilan pertama pada tahun 1976 mendapat respon dari masyarakat, baik masyarakat Melayu maupun masyarakat daerah lain. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat masih merindukan jenis musik tersebut. Berbagai perkumpulan dan organisasi kesenian yang menggunakan alat musik campuran juga muncul di luar kota.<br /><br />Selain itu juga tumbuh minat kaum muda untuk membawakan lagu-lagu Melayu dengan orkes, band, dan musik kecil yang membuahkan aransemen baru yang terpengaruh musik Barat, seperti tempo cha-cha, mambo, rumba, dan sebagainya. Kelompok yang terpengaruh tersebut seperti SIRlS Combo pimpinan THM. Daniel. Dia dan rekanrekannya meneruskan warna dan corak orkes Tropicana.<br /><br />Minat masyarakat daerah lain pun semakin besar. Ini ditandai dengan dibawakannya lagu-lagu Melayu oleh orkes Minang. Bahkan penyanyi-penyanyi pop pun sering membawakan lagu-lagu Melayu, seperti lagu Bunga Tanjung, Seringgit Dua Kupang, Mak Inang Pulau Kampai, dan sebagainya. Tumbuhnya tari-tari kreasi baru juga menghasilkan aransemen musik Melayu baru, walaupun sebagian besar lagu yang mengiringi tarian tersebut masih seperti lagu-lagu yang biasa didengar.<br /><br />Musik Melayu dipengaruhi oleh musik asing, termasuk musik India yang membuahkan rentak atau tempo yang disebut chalti. Chalti ini kemudian melejit dan lebih dikenal sebagai musik dangdut. Sebagian orang mengakui bahwa lagu dangdut adalah lagu Melayu, sedang masyarakat Melayu sendiri ada yang enggan mengakuinya sebagai lagu Melayu. Jika melihat sejarah, mungkin pengaruh itu ada pada musik Melayu awal. Sekarang pengaruh tersebut sudah tidak jelas, karena ada pengaruh lain sehingga berbeda dengan rentak dan tempo chalti. Hal ini belum penulis ketahui dengan pasti, tetapi merupakan perkembangan baru yang menambah ragam rentak lagu Melayu yang telah ada dan akan menambah khazanah musik Indonesia.<br /><br />Dibukanya jurusan Musikologi Etnik pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang mencantumkan teori dan praktik musik Melayu telah menumbuhkan harapan cerahnya kehidupan musik Melayu pada masa mendatang. Dampaknya pada generasi muda sangat positif. Generasi muda di Sumatera Utara, khususnya Medan tidak lagi merasa “kampungan” bila memainkan musik tradisi Melayu.<br /><br />Demikian beberapa catatan yang menandai kemajuan dan perkembangan musik Melayu di Sumatera Utara saat ini. Dari beberapa kemajuan dan perkembangan musik Melayu tersebut masih ada yang perlu dibicarakan dan penulis ingin mengaitkannya dengan tari Melayu, karena keduanya berkaitan erat. Hampir setiap pergelaran musik diiringi tari dan begitu pula sebaliknya. Frekuensi penyajian dan wilayah pengenalan dari keduanya telah meluas. Usaha untuk memperluas lagi dilakukan dengan menambah sarana dan fasilitas, serta dengan melakukan penggodokan terhadap para pendukungnya secara terus-menerus. Musik dan tari mendapat tempat dalam masyarakat luas, sehingga mendapat pengaruh dari beragam kultur yang kemudian membuahkan bermacam-macam gaya.<br /><br />Kita menyadari bahwa setiap perkembangan selalu menuju kemajuan. Namun perlu diingat bahwa kemajuan itu hendaknya disesuaikan dengan kepribadian bangsa kita. Perkembangan kesenian daerah harus diselaraskan dengan ciri khas daerah tersebut agar tidak tercerabut dari akar budayanya. Dalam makalah ini juga akan dikemukakan arah yang bisa dipegang agar pembicaraan mengenai tari dan musik tidak membingungkan, karena keduanya mempunyai persamaan dan perbedaan. Musik/lagu dan tari Melayu mempunyai kekhasan yang bisa ditandai dari beberapa hal, misalnya dalam lagu Melayu dikenal istilah gerenek, tekuk, berenjut, dan sebagainya. Sementara dalam tari dikenal istilah gentan, terkam, angguk legar, cicing, jinjit, menumit, sauk, dan sebagainya.<br /><br />Gerak dan gaya khas dan unik dalam tari dan lagu Melayu yang diberi nama tertentu tersebut akan dapat segera dirasakan oleh orang yang memahami tari dan lagu Melayu. Memang tidak seluruh penyanyi atau penari dapat melakukan gerak dan gaya khas Melayu, dan jika ada yang bisa melakukannya, belum tentu sesuai degan “rasa” orang Melayu. Orang Melayu sendiri tidak dapat menjelaskan yang dimaksud dengan “rasa”. Hal itu karena “rasa” sangat abstrak dan tidak ada takaran yang sahih mengenai hal itu. Barangkali “rasa” condong kepada ekspresi jiwa atau pengungkapan seperti yang ada pada setiap manusia, sehingga “rasa” sulit diverbalkan.<br /><br />Pengaruh dari berbagai bentuk dan jenis kesenian yang ada tentu tidak dapat dihindari. Seorang penata tari tertarik pada suatu gerak tertentu, lalu mengembangkannya, dan pada proses seperti itu terjadi perubahan nilai estetika kesenian Melayu, sehingga dalam rentang waktu tertentu kita kehilangan ciri khas kemelayuannya. Contoh yang ingin penulis kemukakan di sini adalah yang terjadi pada lagu-lagu Melayu. Seorang biduan Minang membawakan lagu Bunga Tanjung yang dikenal sebagai lagu Melayu. Cara membawakan lagu tersebut akan segera ditandai oleh pendengaran orang Melayufebygusriantohttp://www.blogger.com/profile/07035722688876848788noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2109862468408735803.post-84882116602238432932009-04-18T21:44:00.000-07:002009-05-16T22:28:12.903-07:00TARI ORLAPEI<p> </p><p style="text-align: justify; font-weight: bold;" class="MsoNormal" align="justify"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >Tugas Kesenian</span></p><p style="text-align: justify; font-weight: bold;" class="MsoNormal" align="justify"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >Guru Bid.Study: Ronaldo Rozalino, S.Sn<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal" align="justify"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >SMA PINTAR<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal" align="justify"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" ><br /></span></p><p><img src="http://burukab.go.id/web/images/buru/orlapei.jpg" alt="Tari Orlapei" vspace="5" width="200" align="left" height="141" hspace="5" /> </p> <p style="text-align: justify;" class="MsoNormal" align="justify"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >T<span style="color: rgb(0, 102, 0);">arian ini adalah tarian penyambutan para tamu kehormatan pada acara-acara Negeri/Desa di Maluku Tengah. Pada umumnya menggambarkan suasana hati yang gembira dari seluruh masyarakat terhadap kedatangan tamu kehormatan di Negeri/Desa-nya, dan menjadi ungkapan Selamat Datang. Kombinasi pola lantai dan gerak serta rithem musik lebih memperkuat ungkapan betapa seluruh masyarakat Negeri/Desa setempat merasa sangat senang dengan hadirnya tamu kehormatan di Negeri/Desa mereka.Tarian ini menggunakan properti “gaba-gaba” (bagian tangkai dari pohon sagu/rumbia sebagai makanan khas rakyat Maluku, dan dalam dialek Maluku disebut “jaga sagu”) Diiringi alat musik tradisional rakyat Maluku, yaitu : Tifa, </span></span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"> </p> <p style="text-align: justify;" class="MsoNormal" align="justify"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" ><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Suling Bambu, Ukulele, dan Gitar. (sumber:burukab.go.id)</span><br /></span></p>febygusriantohttp://www.blogger.com/profile/07035722688876848788noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2109862468408735803.post-88654841372665837182009-04-18T21:36:00.000-07:002009-04-18T21:44:32.615-07:00TARI PENDET<p style="color: rgb(51, 51, 255);"><b style="font-style: italic;">Tari Pendet</b> pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pura" title="Pura">pura</a>. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan jaman, para seniman <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali">Bali</a> mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anasir&action=edit&redlink=1" class="new" title="Anasir (halaman belum tersedia)">anasir</a> yang sakral-religius.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(51, 51, 255);">Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tarian_upacara&action=edit&redlink=1" class="new" title="Tarian upacara (halaman belum tersedia)">tarian upacara</a>. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, <i>pemangkus</i> pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 51, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 51, 255);">Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakkan dan jarang dilakukan di <i>banjar-banjar</i>. Para gadis muda mengikuti gerakkan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 51, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 51, 255);">Tari putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Rejang&action=edit&redlink=1" class="new" title="Tari Rejang (halaman belum tersedia)">tari Rejang</a> yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (<i>pelinggih</i>) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sangku&action=edit&redlink=1" class="new" title="Sangku (halaman belum tersedia)">sangku</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kendi" title="Kendi">kendi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cawan" title="Cawan" class="mw-redirect">cawan</a> dan perlengkapan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sesajen&action=edit&redlink=1" class="new" title="Sesajen (halaman belum tersedia)">sesajen</a> lainnya.(sumber:wikipedia)</p> <p><br /></p>febygusriantohttp://www.blogger.com/profile/07035722688876848788noreply@blogger.com0